Selasa, 23 November 2010

pagiku hancur

aku mulai menyentuh tubuh keyboardku, setiap deretan huruf yang aku susun aku harapkan dapat menghancurkan marahku. yang aku harapkan kejujuran bukan rentetan kebohongan yang terbuka pelan-pelan dan akhirnya mengiris kita saat kita berpelukan.
aku tetaplah aku yang berdiri untuk kamu dan tidak akan pernah meninggalkan kamu, meskipun itu hakku dan tidak ada satupun yang mampu menahanku.
apa yang aku bisa selain berharap Tuhan beri kita kekuatan untuk melalui ini. memberi aku kekuatan menghadapi dan terus berlari. memberimu kekuatan supaya warnamu yang baru tidak rusak.
aku masih tidak paham kenapa aku ingin memeluk kamu pagi ini, hanya untuk berkata bahwa garis yang aku buat itu tetap ada dan akan selalu menjadi pengingat bahwa aku selalu ada untuk kamu, dengan sisa kekuatanku. aku semakin lemah untuk hidup, kekuatanku hanya pada DIA yang mempertemukan kita.
dan tiba-tiba 2 hal lagi membuatku diam, entah diamku marah atau tersakiti. aku tidak peduli. terlalu banyak resiko yang harus aku ambil. Tuhan aku hanya berharap Engkau mau menanggungnya untuk kami. kami lemah.
hitam yang sesak gulita dan perih itu mulai menyelimuti. dinginnya meninggi menghalau tawa yang berlarian di sekitarku. tidak ada manusia untuk tempatku berlari. tidak satupun mereka akan mengerti. jikalau itu kamu, jujur aku tidak ingin menambah bebanmu, sakitmu, perihmu, biar aku. biar aku

Sabtu, 20 November 2010

cerita kita di september muda

Thursday, September 2, 2010 at 1:21pm

aku akan mengubur masa suram itu. lepas sore aku akan memandang bintang. siang ini lihatlah ke langit, garis itu selalu ada. siang ini aku tinggal dalam muram yang begitu pekat. tapi aku tahu, pasti aku akan kembali bersinar, dia juga akan kembali bersinar dengan warnanya yang baru. langkahku bersamanya pasti, tidak ada keraguan, tidak akan menengok ke belakang. dia selalu menjadi berkat yang luar biasa

dan hari ini kamu masih menjadi berkat yang luar biasa, hidupku bukan tentang aku. aku tidak ingin menengok ke belakang, sekalipun terlintas aku akan tetap percaya bahwa kamu adalah berkat yang luar biasa, yang dulu telah membuat aku ingin mengendap untuk mencari tahu tentangmu, yang membuatku mampu membuat garis di langit, yang dalam kelemahan dan kekuranganku kamu membuat aku mampu berdiri dan menunggu.

kamu tahu bahwa di sini aku selalu memandangmu dalam senyum tawa dan tangismu, bahwa aku ingin berada disampingmu saat senyummu, saat tawamu, dan saat matamu berlinang.

kita, ini tentang kita yang menjadi satu

manusia kecil

yang aku tahu, yang aku bisa hanya mencoba mengerti setiap saat tentangmu, aku belajar memahami tentang berharga di hadapan DIA, bukan di hadapan atau dalam hati manusia. dan malam ini saat aku mencoba mengalirkan sedihku, yang aku dapatkan justru sebuah pengertian bahwa bukan saatnya lagi buat aku untuk melihat hancur dalam diriku. yang aku dapatkan malahan bahwa aku harus berdiri untukmu, menjagamu, dan ada kalanya garis di langit itu aku ambil untuk menghangatkanmu.
hidupku bukan untuk memenuhi keinginan hatiku, kalimat itu yang akhirnya menghentikan langkahku mengobati goresan di dalam ini.
kejujuranmu yang membuat hancur semua tembok yang membuat batas dalam dunia lamamu.

aku, aku hanya manusia kecil yang setiap saat, senantiasa, selalu ingin membuatmu tersenyum, meskipun hariku seperti barisan makam.

yang selalu kamu bawakan untukku adalah sekotak hari yang cerah hingga aku selalu percaya bahwa hari kita mulai hari ini akan menjadi lebih indah dan setiap saat dalam hidup kita adalah bahagia.

kita bahagia

Jumat, 19 November 2010

hariku hitam

dalam ratusan malam yang akhirnya kita lewati berdua, ternyata hitam itu masih membuat simpul yang mengunci sebelah jendela tempat kelegaan duduk. aku tidak pernah menyesal telah membuat garis di langit itu.
apakah aku harus memasukkan sebilah besi yang mengangah dengan perlahan ke perut mereka, ke dada mereka? apakah itu membuatku puas? apakah itu membuatku damai? sekalipun tidak.
ini bagian dari hidupku, sepenggal saja. cukup.
apakah aku terlalu bodoh memegang hal itu, sehingga aku terpuruk? aku menyimpannya untukmu.
apakah aku juga terlalu bodoh jika ingin menjadi sama seperti kalian?
kenapa setelah semua terjadi baru kamu tersadar bahwa itu berharga bagimu?
aku lemas terkulai tanpa mampu memandang ramah matahari. hariku hitam dalam pelukan hangatmu, dalam ramah damaimu.

Kamis, 18 November 2010

kolong hitam

aku melihat hariku kosong saat mendengar tentang yang lalu, serasa terhimpit tertekan. itu bukan yang aku harapkan, itu bukan laguku, bukan juga yang ada dalam pikiranku. tapi itu tidak akan mengubah langkahku yang sekarang menjadi langkah kita.
aku tidak sendirian dalam ruangan gelap itu, aku tidak akan pernah lagi sendirian dan mencari ramai dalam petak dunia. jalanku bukanlah jalanku sendiri. hariku bukan milikku.
tiap tetes itu mengalir tanpa pernah aku merasakan, perih memang saat menusuk dalam waktu hingar bingar. tawaku seakan mau berlari dari padaku, kering, hanya topeng menutup sendu. aku hanya menantikan saat kamu selalu ada dalam kedipan mataku. bukan hanya dalam hitungan waktu.
sudah, lepaskan ragumu. aku akan tetap berjalan seperti saat semula hangatmu memelukku. garis di langit itu akan selalu ada, tidak akan hilang, pudarpun tidak. tetapkan hatimu jangan ragu, kita tidak sendirian.