Jumat, 19 November 2010

hariku hitam

dalam ratusan malam yang akhirnya kita lewati berdua, ternyata hitam itu masih membuat simpul yang mengunci sebelah jendela tempat kelegaan duduk. aku tidak pernah menyesal telah membuat garis di langit itu.
apakah aku harus memasukkan sebilah besi yang mengangah dengan perlahan ke perut mereka, ke dada mereka? apakah itu membuatku puas? apakah itu membuatku damai? sekalipun tidak.
ini bagian dari hidupku, sepenggal saja. cukup.
apakah aku terlalu bodoh memegang hal itu, sehingga aku terpuruk? aku menyimpannya untukmu.
apakah aku juga terlalu bodoh jika ingin menjadi sama seperti kalian?
kenapa setelah semua terjadi baru kamu tersadar bahwa itu berharga bagimu?
aku lemas terkulai tanpa mampu memandang ramah matahari. hariku hitam dalam pelukan hangatmu, dalam ramah damaimu.

1 komentar:

  1. bukan "baru tersadar". sudah sejak lama tersadar, tapi apa masih berharga? rasanya sudah tidak.

    BalasHapus