de koh ngomong
hidup itu keputusan. apa yang kita pilih hari ini menentukan kita esok hari. siapa kita hari ini tidak akan menentukan menjadi siapa kita esok hari.
Selasa, 23 November 2010
pagiku hancur
Sabtu, 20 November 2010
cerita kita di september muda
aku akan mengubur masa suram itu. lepas sore aku akan memandang bintang. siang ini lihatlah ke langit, garis itu selalu ada. siang ini aku tinggal dalam muram yang begitu pekat. tapi aku tahu, pasti aku akan kembali bersinar, dia juga akan kembali bersinar dengan warnanya yang baru. langkahku bersamanya pasti, tidak ada keraguan, tidak akan menengok ke belakang. dia selalu menjadi berkat yang luar biasa
dan hari ini kamu masih menjadi berkat yang luar biasa, hidupku bukan tentang aku. aku tidak ingin menengok ke belakang, sekalipun terlintas aku akan tetap percaya bahwa kamu adalah berkat yang luar biasa, yang dulu telah membuat aku ingin mengendap untuk mencari tahu tentangmu, yang membuatku mampu membuat garis di langit, yang dalam kelemahan dan kekuranganku kamu membuat aku mampu berdiri dan menunggu.
kamu tahu bahwa di sini aku selalu memandangmu dalam senyum tawa dan tangismu, bahwa aku ingin berada disampingmu saat senyummu, saat tawamu, dan saat matamu berlinang.
kita, ini tentang kita yang menjadi satu
manusia kecil
hidupku bukan untuk memenuhi keinginan hatiku, kalimat itu yang akhirnya menghentikan langkahku mengobati goresan di dalam ini.
kejujuranmu yang membuat hancur semua tembok yang membuat batas dalam dunia lamamu.
aku, aku hanya manusia kecil yang setiap saat, senantiasa, selalu ingin membuatmu tersenyum, meskipun hariku seperti barisan makam.
yang selalu kamu bawakan untukku adalah sekotak hari yang cerah hingga aku selalu percaya bahwa hari kita mulai hari ini akan menjadi lebih indah dan setiap saat dalam hidup kita adalah bahagia.
kita bahagia
Jumat, 19 November 2010
hariku hitam
apakah aku harus memasukkan sebilah besi yang mengangah dengan perlahan ke perut mereka, ke dada mereka? apakah itu membuatku puas? apakah itu membuatku damai? sekalipun tidak.
ini bagian dari hidupku, sepenggal saja. cukup.
apakah aku terlalu bodoh memegang hal itu, sehingga aku terpuruk? aku menyimpannya untukmu.
apakah aku juga terlalu bodoh jika ingin menjadi sama seperti kalian?
kenapa setelah semua terjadi baru kamu tersadar bahwa itu berharga bagimu?
aku lemas terkulai tanpa mampu memandang ramah matahari. hariku hitam dalam pelukan hangatmu, dalam ramah damaimu.
Kamis, 18 November 2010
kolong hitam
aku tidak sendirian dalam ruangan gelap itu, aku tidak akan pernah lagi sendirian dan mencari ramai dalam petak dunia. jalanku bukanlah jalanku sendiri. hariku bukan milikku.
tiap tetes itu mengalir tanpa pernah aku merasakan, perih memang saat menusuk dalam waktu hingar bingar. tawaku seakan mau berlari dari padaku, kering, hanya topeng menutup sendu. aku hanya menantikan saat kamu selalu ada dalam kedipan mataku. bukan hanya dalam hitungan waktu.
sudah, lepaskan ragumu. aku akan tetap berjalan seperti saat semula hangatmu memelukku. garis di langit itu akan selalu ada, tidak akan hilang, pudarpun tidak. tetapkan hatimu jangan ragu, kita tidak sendirian.
Senin, 23 Agustus 2010
mendengarku, Tuhan mendengarku
Sabtu, 21 Agustus 2010
21 agustus
Menuju Penggenapan
Tuhan tidak mau kita hanya menjadi orang berpotensi. Yesus pun memberi contoh melalui kehidupan-Nya di bumi, di atas kayu salib Yesus berkata: “Sudah selesai!” (= sudah tercapai, sudah genap, sudah terpenuhi). Berarti Yesus telah menjalankan kehidupan sampai tingkat penuh dengan menggenapi apa yang Allah Bapa kehendaki dalam hidup-Nya.
Mempunyai kehidupan dengan penggenapan sampai batas titik tertinggi potensi yang Anda miliki merupakan suatu kerjasama antara Anda dan Tuhan. Tanpa Tuhan kita tidak mampu, tanpa kita Tuhan tidak mau. Dari Matius 14:15-21, kita bisa belajar mengaplikasikan tiga hal untuk mempunyai kehidupan dengan penggenapan potensi:
“Menjelang malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata: “Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa.” Tetapi Yesus berkata kepada mereka: “Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan.” Jawab mereka: “Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan.” Yesus berkata: ”Bawalah ke mari kepada-Ku.” Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput. Dan setelah diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-muridNya membagi-bagikannya kepada orang banyak. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, dua belas bakul penuh. Yang ikut makan kira-kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak.”
(Matius 14:15-21)
1. Mengakui Kebutuhan Anda akan Penggenapan
Murid-murid Yesus datang kepada-Nya dan berkata: ”hari sudah mulai malam dan tempat ini terpencil…” Sebenarnya mereka sedang mengakui kebutuhan dan keadaan mereka dengan berkata bahwa pada dasarnya mereka tidak punya ide, tidak punya strategi untuk menangani ribuan orang itu.
Sama seperti para murid, kita pun perlu datang kepada-Nya dan mengakui kelemahan kita. Ketahui, bahwa Yesus adalah kunci untuk transformasi keadaan kita. Yesus akan memberi instruksi kepada Anda apa yang harus dilakukan, bagaimana mengerjakannya
2. Bertindak dalam Ketaatan
Pada waktu Yesus memberikan instruksi pada murid-murid-Nya supaya orang banyak itu jangan disuruh pulang tetapi para murid lah yang harus memberi makan, maka murid-murid-Nya melangkah dalam ketaatan (ayat 17-18). Alkitab mencatat dalam empat buku Injil, bahwa murid-murid-Nya tidak memberontak, tidak ragu-ragu, tetapi begitu mereka mendengar perintah Yesus, mereka bergegas menemukan lima roti dan dua ikan. Mereka tidak mempertanyakan ide Tuhan dan tindakan-tindakan Yesus.
Kalau Anda mau melangkah masuk ke dalam penggenapan, Anda harus mengambil tindakan ketaatan. Taat pada instruksi Tuhan, perhatikan Firman Tuhan, percayai Firman Tuhan.
3. Serahkan Hidup Anda kepada Yesus
Roti dan ikan di tangan para murid tidak ada gunanya, tetapi roti yang berada di tangan Yesus dan diberkati oleh-Nya berubah menjadi penggenapan-penggenapan (ayat 19). Lima roti dan dua ikan hanya sekedar potensi jika tidak diserahkan kepada Tuhan Yesus.
Seperti para murid, ketika Anda menyerahkan hidup Anda, mimpi Anda kepada Yesus, Tuhan memiliki cara untuk memutar-balikkannya.. Kendalanya adalah, kita berontak pada Tuhan dan memaksakan mimpi-mimpi dan ambisi pribadi kita terjadi. Selama kita tarik-menarik dengan Tuhan seperti ini, kita tidak bisa melangkah ke dalam penggenapan. Kita tinggal sebagai potensi.
Kehendak Tuhan adalah Anda menjadi penggenapan dari janji-janji Allah. Allah punya rencana yang spesifik bagi hidup Anda.