Kamis, 22 April 2010

Batas



aku memandang pagi tanpa cahaya, gelapnya berujar bahwa mendung mengikutinya
aku akan melepas untaian rantai itu jika aku mampu
akan aku pisahkan pagi dari mendung

duduk dan aku mengambil nafas dalam
di bawah rindang pohon tanpa belukar
satu-satunya pohon tempat aku dapat tertidur
tenang, itu yang pohon ini tawarkan

aku berteriak lantang melepas semua marah yang tersimpan dalam ratusan hari
satu dahan turun seolah ingin memelukku
tetesan embun dari daunnya seperti tangisan
dia merasakan apa yang aku rasakan

bualan siang mengecoh warna warni kelambu kusam
toh aku masih pulas tertidur

pagi yang datang selalu menusuk dengan cercaan
bosan aku menatap aspal tanpa kerikil tapi begitu curang
aku berdiri menatap ke jendela kecil di dinding kayu kamar
jauh di sana ada apakah?
kenapa kakiku terasa berat untuk melangkah
mencari tahu, semua tentang warna ribuan pelangi

apakah aku harus diam, terbujur kaku di sini?
apakah memang ini jalanku?
tidur dalam hampa di sudut kosong?

aku lelah...
Ibu, aku lelah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar